Opini oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes *)
Semalam (Selasa, 25/02/25) bertempat di The Ritz-Carlton Hotel, Pacific Place SCBD, Jakarta Selatan, Presiden Prabowo Subianto bercanda (namun bisa diartikan juga sekaligus memprediksi) bahwa Ketum Partai Demokrat / PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan bersaing dengan Gibran Rakabuming Raka (GRR). Candaan Prabowo ini tentu mendapat respons meriah dari Audiens yang hadir, apalagi mereka duduk berdampingan saat mendengarkan Pidato Presiden malam tadi.
Namun bila diingat, candaan Presiden ini sebenarnya sudah pernah saya kemukakan, bahkan 7 (tujuh) tahun silam, tepatnya Sabtu, 21/04/18 dalam sebuah diskusi di Jakarta. Fakta / bukti jejak digitalnya masih dapat dibaca di media mainstream saat itu: news.detik.com/berita/d-3983334/seloroh-roy-suryo-ahy-vs-gibran-rakabuming-di-pilpres-2024 . Meski memang saat tersebut yang saya prediksikan adalah di Pilpres 2024 yang masih berjarak 6 (enam) tahun sesudahnya.
Bila diingat sebenarnya, saat tahun 2018 itu GRR belum menjadi Walikota Solo, bahkan masih menjadi Penjual Martabak "Markobar (Martabak Kota Barat)" dan Katering Chilli-Pari di Solo, sedangkan AHY juga belum menjadi Ketum PD, namun prediksi tersebut memang baru mulai terasa sekarang. Bahwa fakta memang menunjukkan baik AHY maupun GRR dalam Pilpres 2024 kemarin belum menjadi calon, namun setidaknya semalam prediksi saya tersebut seolah-oleh seperti "diulangi" oleh Prabowo saat memberikan Sambutan di Kongres PD.
Saat itu posisi masih Wakil Ketua Umum (Waketum) di Partai yang pernah membersamai saya selama 15 (lima belas) tahun, sebelum mengundurkan diri secara resmi, bukan sekedar "minggat" apalagi dipecat, dengan bersurat kepada Ketum PD saat itu, Pak SBY lima tahun silam, tepatnya 11/03/2020 alias di hari peringatan "Supersemar". Jadi prediksi yang semalam seolah "diulangi" oleh Pak Prabowo bukan kaleng-kaleng, karena semua ada pengamatan dan Pranotomongso (= istilah Jawa untuk membaca tanda-tanda jaman)-nya.
Sekalilagi meski dulu yang saya sebut adalah tahun 2024, namun rasanya hanya soal waktu saja, entah 2029, 2034 atau sesudahnyapun, prediksi AHY vs GRR akan tetap aktual. Meski dengan kebulatan tekad pencalonan kembali Pak Prabowo sebagai Capres 2029 oleh Gerindra saat KLB kemarin, rivalitas ini dirasa akan semakin menarik dan memberikan alternatif yang lebih varuatif kepada masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan pilihan presidennya mendatang.
Belum lagi kalau melihat putusan MK yang mencabut Presidential threshold 20% sebelumnnya, sehingga dengan 0% sekarang semua Partai bisa mencalonkan Capresnya sendiri-sendiri, tampaknya persaingan akan semakin seru. Masih ada tokoh yang layak diperhitungkan lainnya seperti Anies Rasyid Baswedan (ARB) yang tidak bisa dipandang sebelah mata karena memang secara kapasitas dan kapabilitas tidak kaleng-kaleng juga, kalau kata anak sekarang.
Kembali pada posisi duduk antara AHY dan GRR yang berdampingan semalam, mengingatkan kita pada Novel berjudul "Sitting with the Enemy" yang ditulis oleh Sarah Anne Edwards dan diterbitkan oleh BookSurge Publishing pada 22/06/07. Isinya mengisahkan pasangan suami istri, Rose dan Mark Whitman, yang memiliki kehidupan mewah dan serba cepat, namun merasa hampa dan kehilangan makna. Rose dan Mark terlibat dalam serangkaian peristiwa yang memaksa mereka menghadapi "musuh" di dalam diri mereka sendiri dan di sekitar mereka. Novel ini mengeksplorasi tema koneksi manusia dengan alam, pencarian makna hidup, dan dinamika komunitas dalam menghadapi perubahan.
Novel diatas memang kurang populer dibandingkan dengan judul lain yang mirip, yakni "Sleeping with the Enemy" dimana sudah diangkat menjadi salahsatu judul Film layar lebar dengan bintang terkenal Julia Roberts, Patrick Bergin dan Kevin Anderson yang disutradarai oleh Joseph Ruben, serta diproduseri oleh Leonard Goldberg pada 08/02/91. Film bergenre thriller psikologis ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Nancy Price yang diterbitkan pada tahun 1987. Jadi baik "Sitting with the Enemy" maupun "Sleeping with the Enemy" keduanya cocok untuk menggambarkan peristiwa diatas.
Presiden Prabowo juga mengatakan bahwa dulu bersaing dengan Jokowi saat Pilpres 2014 dan 2019, namun ketika dia ditawari untuk "bersama" dengan pesaingnya tersebut di tahun 2019 sebagai Menteri Pertahanan, tawaran tersebut tidak ditolaknya. Meski sekarang beredar pula di SocMed Kartun AI yang menggambarkan bagaimana Macan Asia dan Kodok Solo dalam berbagai versi, hal tersebut tidak bisa dihindari sebagai sebuah realita politik yang dihadapi oleh Indonesia saat ini.
Kesimpulannya, mau AHY vs GRR vs PS vs ARB atau vs siapa lagi di tahun 2029 mendatang (atau bahkan sebelumnya bila terjadi hal-hal yang luar biasa), sebenarnya masyarakat tidak terlalu berkepentingan Siapa saja yang terbaik asal bisa membawa bangsa ini melangkah gagah kedepannya menyongsong Indonesia Emas 2045, bukan membiarkan #IndonesiaGelap seperti sekarang. Tentu jangan lupa tuntutan rakyat untuk #AdiliJokowi tetap harus dilaksanakan, bagaimanapun juga fakta rilis OCCRP tidak bisa diabaikan, juga #MakzulkanFufufafa akibat proses cacat putusan MK yang menghasilkan Anak Haram Konstitusi itu ...
*) - Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes - Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen - Jakarta, Rabu 26 Februari 2025